Minggu, 15 Desember 2013

Kejang Demam



BAB 1
PENDAHULUAN
Demam disebut dengan febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal. Kejang merupakan masalah neurologic karena lepas muatan proksimal yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu (focus kejang) sehingga mengganggu fungsi normal otak. Ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan kejang demam diantaranya : meningitis, ensefalitis, tetanus dan epilepsi dan masing-masing mempunyai peyebab yang berbeda.
Peran orangtua terhadap bayi maupun anak yang menderita kejang demam sangatlah dibutuhkan dan sebagai orang tua harus selalu memperhatikan suhu tubuh bayi maupun anak guna mencegah terjadinya demam berulang yang dapat menimbulkan kejang.  


 
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  DEFENISI, ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI DEMAM

2.1.1    Defenisi
Demam disebut dengan febris merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebutmelebihi dari suhu tubuh normal.
2.1.2        Etiologi
Demam merupakan gejala bukan suatu penyakit. Demam adalah respon  normal tubuh terhadap adanya infeksi.  Infeksi adalah keadaan masuknya  mikroorganisme kedalam tubuh. Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus,  bakteri, parasit, maupun jamur. Kebanyakan demam disebabkan oleh infeksi  virus. Demam bisa juga disebabkan oleh paparan panas yang berlebihan  (overhating), dehidrasi atau kekurangan cairan, alergi maupun dikarenakan  gangguan sistem imun.
2.1.3        Patofisiologi
Suhu tubuh kita diatur oleh sebuah “mesinkhusus” pengatur suhu yang terletak di otak tepatnya di bagian hipotalamus tepatnya dibagian pre optik anterior (pre = sebelum, anterior= depan)Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari deinsephalon yang merupakan bagian dari otak depan kita (prosencephalon).Hipotalamus dapatdikatakan sebagai mesin pengatur suhu (termostat tubuh) karena disana terdapat reseptor (penangkap, perantara) yang sangat peka terhadap suhuyang lebih dikenal dengan nama termoreseptor (termo = suhu). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat senatiasa berada dalam batasnormal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas yang ada di dalam tubuh kita.Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang berasal dari proses metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnyasuhu inti berada dalam batas 36,5-37,5°C.Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas misalnya saat berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar dibandingkan dengan pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh ituakan segera bekerja guna menyeimbangkan suhu tubuh inti.Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini akanmemerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan mekanisme berkeringat. Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha menyeimbakan suhu tersebut dengan caramemerintahkan otot-otot rangka kita untuk berkontraksi (bergerak) guna menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini merupakanmekanisme dari menggigil.Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa kita sadari tangan dan kakikita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas.Hal diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh kita manakala tubuh kita mengalamiperubahansuhu.Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit).
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh “zat toksis (racun)” yang masuk kedalam tubuh.Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi)di dalam tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya serangan yangmengancam keadaan fisiologis tubuh.Proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam tubuh kita. Contoh “racun”yang palingmudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin/racuntertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni denganmemerintahkan “tentara pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit).Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata” berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnyainterleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus(sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuanenzim fosfolipase A2.Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu pengeluaran prostaglandin(PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandinternyata akan mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokansuhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting” hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atasinilah yang disebut dengan demam atau febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik (akibat) berupa kejang(umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan kejang demam)


2.2  DEFENISI, ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI KEJANG
2.2.1        Defenisi
Kejangmerupakanmasalah neurologic karena lepas muatan proksimal yang berlebihan dari suatu populasi neuron yang sangat mudah terpicu (focus kejang) sehingga mengganggu fungsi normal otak. Dua puncak insiden kejang adalah decade pertama kehidupan dan setelah usia 60 tahun.
Data mengenaiinsidensikejangagaksulit di ketahui, diperkirakanbahwa 10% orang akanmengalami paling sedikitnya 1 kali kejangselamahidupmerekadansekitar  0,3 % - 0,5 % akandidiagnosismengidap epilepsy.
2.2.2        Etiologi
Beberapa kelainan yang menyebabkan kejangadalah:
1.        SistemikMetabolik
a.         Hiponatremia yang dapat terjadi bila : Jumlah asupan cairan melebihi kemampuan ekskresi, ketidakmampuan menahan sekresi ADH
b.        Hipernatremia terjadi saat kekurangan air yang tidak diatasi dengan baik misalnya pada orang denganusialanjutataupenderta diabetes insipidus.
2.        Intoksikasi
Penegakan diagnose pasti penyebab keracunan cukup sulit karena diperlukan sarana laboratorium toksikologi sehingga dibutuhkan auto anamnesis dan alloanamnesis yang cukup cermat.
3.        Tumor
Simptomatologi tumor intracranial:
a.         Gangguan kesadaran akibat tekanan intracranial yang meninggi.
b.        Gejala-gejala umum akibat tekanan intracranial yang meninggi : sakit kepala, Muntah, Kejang, Gangguan mental
c.         Tanda-tanda lokalisatorik yang menyesatkan suatu tumor intracranial dapat menimbulkan maninfestasi yang tidak sesuai dengan fungsi tempat yang didudukinya.
4.        Infeksi
Infeksi pada susunan saraf dapat berupa meningitis atau abses dalam bentuk epidural, subdural, atau abses otak.
5.        PenyakitSerebrovakuler
Penyakit serebrovakular dan serangan otak sering digunakan secara sinonimuntuk stroke. Konvulsi umum atau fokal dapat bangkit baik pada stroke hemoragik maupun stoke non-hemoragik.
6.        Epilepsi
Epilepsi ialah maninfestasi gangguan otak dengan berbagai etiologi namun dengan gejala tunggal yang khas, yaitu serangan berkala yang disebabkan oleh lepas muatan listrik neuron kortikal secara berlebihan.
2.2.3        Patofisiologi Kejang
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang di sebab kan oleh infeksi di luar saluran saraf pusat, misalnya tonsillitis, otitis media akut, bromkitis, fluronkulosis, dan lain – lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jampertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik – klonik atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksismal yang berlebihan dari sebuah focus kejangatau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik. Aktivitas kejangsebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan tersebut. Lesi diotak tengah,thalamus, dan korteks serebellum dan batang otak umumnya tidak memicu kejang.Ditingkat membran sel, focus kejang memperlihatkan bebebrapa fenomena biokimiawi,termasuk yang berikut:
1.        Instabilitas membrane sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami pengaktifan.
2.         Neuron-neuron hipersensitif dengan ambang untuk melepaskan muatan menurun dan apabilaterpicu akan melepaskanmuatan secara berlebihan
3.        Kelainan polarisasi (polarisasi berlebihan, hipopolarisasi, atau selang waktu dalam repolarisasi) yang disebabkan oleh kelebihan asetil kolin atau defisiensi asam gama-aminobutirat.
4.        Ketidakseimbanganion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau elektrolit, yangmengganggu homeostatis kimiawi neuron segingga terjadi kelainan pada depolarisasi neuron. Gangguan keseimbangan ini menyebabakan peningkatan berlebihan neurotransmitter eksitatorik atau deplesi neurotransmitter inhibitorik.
 Perubahan perubahan metabolic yang terjadi selama dan segera setelah kehang sebagian disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan energy akibat hiperaktivitas neuron. Selama kejang,kebutuhan metabolic secara drastis meningkat; lepas muatan listrik sel-sel saraf motorik dapatmeningkat menjadi 1000 perdetik. Aliran darah otak meningkat, semikian juga respirasi danglikolisis jaringan. Asetilkolin muncul dicairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang.Asam glutamate mungkin mengalami deplesi selama aktifitas kejang.
Secara umum, tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsy. Bukti histopatologik menunjang hipotesis bahwa lesi lebih bersifat neurokimiawi bukan structural. Belum ada faktor  patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan fokal pada metabolism kalium danasetilkolin dijumpai diantara kejang. Focus kejang nampaknya sangat peka terhadap asetilkolinn suatu neurotransmitter fasilitatorik; focus-fokus tersebut lambat mengikat dan menyingkirkan asetilkolin.

2.3  JENIS DAN ETIOLOGI PENYAKIT-PENYAKIT YANG MENYEBABKAN KEJANG DEMAM
2.3.1        Kejang Demam
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh(suhu rektal lebih dari 38˚C)yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Etiologi : Hingga kini belum diketahui dengan pasti.Demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas,otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih.Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.Kadang-kadang demam yang tidak begitu tinggi dapat menyebabkan kejang.
2.3.2        Meningitis
Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat. Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.Meningitis adalah penyakit serius karena letaknya dekat otak dan tulang belakang,sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, jamur, atau pasilan yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Etiologi : Disebabkan oleh bakteri,virus,riketsia,atau protozoa,yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
2.3.3        Meningitis Bakterial
Meningitis bakterial adalah suatu peradangan pada selaput otak ,ditandai dengan peningkatan jumlah sel polimorfonuklear dalam cairan serebrospinal dan terbukti adanya bakteri penyebab infeksi dalam cairan serebrospinal.
2.3.4        Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Dapat ditemukan tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk.Pada pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda-tanda perangsangan meningen lainnya.Suhu badan naik turun,kadang-kadang suhu malah merendah,nadi sangat labil,lebih sering dijumpai nadi yang lambat.selain itu terdapat hiperestesi umum.Abdomen tampak mencekung.Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf-saraf ini.Yang sering terkena nervus III dan VII.Terjadi kejang,tanda –tanda khas penyakit ini adalah apatis,refleks pupil yang lambat dan refleks-refleks tendo yang lemah.
2.3.5        Meningitis Purulenta
Gejala dan tanda penting adalah demam tinggi,nyeri kepala,kaku kuduk,kesadaran menurun.
2.3.6        Ensefalitis
            Ensefalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri, cacing, protozoa, jamur, ricketsia, atau virus.
            Masa prodromal berlangsung antara 1-4 hari,ditandai dengan demam,sakit kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremitas, dan pucat. Kemudian diikuti tanda ensefalitis yang berat ringannya tergantung dari distribusi dan luas lesi pada neuron. Gejala tersebut berupa gelisah, iritabel, screaming attack, perubahan perilaku, gangguan kesadaran, dan kejang.
2.3.7    Ensefalitis Supuratif Akut
Etiologi : Bakteri penyebab ensefalitis adalah staphylococcus aureus,streptokok, E.coli,M.tuberculosa dan T.pallidum. Tiga bakteri yang pertama merupakan penyebab ensefalitis bakterial akut yang menimbulkan pernanahan pada korteks serebri sehingga terbentuk abses serebri.ensefalitis bakterial akut sering disebut ensefalitis supuratif akut.
Secara umum gejala berupa trias ensefalitis yang terduri dari demam,kejang dan kesadaran menurun.Pada ensefalitis supuratif akut yang berkembang menjadi abses serebri,akan timbul gejala-gejala sesuai dengan proses patologik yang terjadi diotak.Gejala-gejala tersebut ialah gejala-gejal infeksi umum,tanda-tanda meningkatnya tekanan intrakranial yaitu nyeri kepala yang kronik progresif,muntah,panglihatan kabur,kejang,kesadaran menurun.Pada pemeriksaan mungkin terdapat edema pupil.
2.3.7        Ensefalitis Sifilitis
Gejala ensefalitis sifilis terdiri dari dua bagian yaitu gejala-gejala neurologis dan gejala-gejala mental. Gejala-gejala neurologis itu diantaranya adalah kejang kejang yang datang dalam serangan serangan, afasia, apraksia, hemianopsia, keasadaran menurun.
Etiologi : Virus yang menimbulkan ensefalitis virus adalah virus RNA dan virus DNA.
2.3.8        Epilepsi
Epilepsi adalah suatu gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan-serangan,berulang-ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak,yang bersifat revesibel dengan berbagai etiologi.Serangan ialah suatu gejala yang timbul tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula.
Etiologi :
a)        Idiopatik ; sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
b)        Faktor herediter; ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, angiomatosis  ensefalotrigeminal, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
c)        Faktor genetik ;pada kejang demam dan breath holding spells
d)       Kelainan kongenital otak; atrofi,porensefali,agenesis korpus kalosum
e)        Ganggguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia.
f)          Infeksi radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak selaputnya,toksoplasmosis
g)        Tauma;kontusio serebri,hematoma subaraknoid,hematoma subdural.
h)        Neoplasma otak dan selaputnya
i)          Kelainan pembuluh darah,malformasi,penyakit kolagen.
j)          Keracunan;timbal (Pb),kamper(kapur barus),fenotiazin,air
k)        Lain-lain; penyakit darah,gangguan keseimbangan hormon,degenerasi serebral,dan lain-lain.
2.3.9        Tetanus
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan meningkatnya tonus otot dan spasme,yang disebabkan oleh tetanospasmin,suatu toksin protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.Terdapat beberapa bentuk klinis tetanus termasuk didalamnya tetanus neonatorum,tetanus generalisata dan gangguan neurologis lokal.
Etiologi: Clostridium tetani yang hidup anaerob,berbentuk spora,tersebar di tanah,mengeluarkan eksotoksin.

2.4  PENYULUHAN TENTANG PENANGANAN DEMAM
2.4.1    Penanganan Awal :
Periode evaluasi menunggu dan melihat dalam 2-5 hari dimana dugaan sementara yang paling umum adalah infeksi virus.
a)    Peringanan Symptomatic demam seperti : Parasetamol dengan dosis 10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. Dosis Ibuprofen 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. (level III, rekomendasi B)
b)   Pemberian Antibiotik jika diketahui penyebab demam merupkan infeksi bakteri
c)    Rekomendasi pemberian cairan untuk mempertahankan cairan yang cukup dalam tubuh
d)   Pelaporan kembali bila demam tidak membaik dalam 2-3 hari dengan/ tanpa tambahan seperti ruam, pasien keadaan memburuk
e)    Perawatan intensif di rumah sakit
2.4.2    Penanganan Selanjutnya :
Harus dilakukan pemeriksaan selanjutnya serta gejala-gejala yang telah diketahui selama periode menuggu dan melihat untuk mengetahui penyebab demam pada anak.
Pemeriksaan fisis
a)    Keadaan umum dan tanda vital
b)   Nafas cepat
c)    Kaku kuduk
d)   Ruam kulit: makulopapular, petekie, purpura
e)    Cairan keluar dari telinga atau gendang telinga merah pada pemeriksaan otoskopi
f)    Pucat pada telapak tangan, bibir, konjungtiva
g)   Nyeri sendi atau anggota gerak
Pemeriksaan Laboratorium
a)    Pemeriksaan darah tepi lengkap: Hb, Ht, jumlah dan hitung jenis leukosit , trombosit
b)   Apus darah tepi
c)    Pemeriksaan urin rutin, khususnya mikroskopis
d)   Pemeriksaan foto dada (sesuai indikasi)
e)    Pemeriksaan pungsi lumbal jika menunjukkan tanda meningitis
Penyebab umum demam pada anak :
1)        Demam Berdarah Dengue
2)        Demam Tifoid
3)        Malaria
4)        Meningitis
5)        Sepsis
6)        Campak
7)        Infeksi Saluran Kemih
8)        Infeksi Telinga
9)        Demam Rematik Akut
2.4.3    Penyuluhan Penanganan Demam pada bayi dan anak :
Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan dapat pula merugikan. Pada tingkat tertentu demam merupakan bagian dari pertahanan tubuh antara lain daya fagositosis meningkat dan viabilitas kuman menurun, tetapi dapat juga merugikan karena anak menjadi gelisah, nafsu makan dan minum berkurang, tidak dapat tidur dan menimbulkan kejang demam. Orang tua mengira bahwa bila tidak diobati, demam anaknya akan semakin tinggi. Kepercayaan tersebut tidak terbukti berdasarkan fakta. Karena konsep yang salah ini banyak orang tua mengobati demam ringan yang sebetulnya tidak perlu diobati. Demam < 390 C pada anak yang sebelumnya sehat pada umumnya tidak memerlukan pengobatan. Bila suhu naik > 39 0 C, anak cenderung tidak nyaman dan pemberian obat-obatan penurun panas sering membuat anak merasa lebih baik.

1.      Istirahat yang cukup.
2.      Anjurkan untuk minum air yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
3.      Berikan kenyamanan dengan ekstra selimut selama masa menggigil.
4.      Berikan kompres dingin bila anak merasa panas.
5.      Pertahankan udara kamar/ruangan dingin atau gunakan kipas angin.
6.      Ukur suhu tiap jam untuk bayi  dan anak-anak.
7.      Bila suhu di atas 390C, ,maka segera menghubungi pelayanan kesehatan. 

2.5  PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN KEJANG
Beberapa tips untuk mencegah terjadinya kejang/ memperkecil resiko terjadi kejang adalah:
a.       Tidur yang cukup setiap malam - mengatur jadwal tidur yang teratur.
b.      Hindari stress.
c.       Hindari narkoba dan alkohol.
d.      Hindari terang, lampu berkedip dan rangsangan visual lainnya.
e.       Makan makanan yang sehat.
f.       Jika sudah pernah kejang sebelumnya dan sudah berkonsultasi, makan obat yang diresepkan dokter sesuai aturan.
g.      Ketika terjadi kenaikan suhu bayi maka ibu hendaklah segera mengompres bayi/ anak.
h.      Janganlah menyelimuti bayi, ibu sebaiknya melonggarkan pakaian bayi agar panas tubuh bisa keluar.
i.        Periksalah suhu tubuh bayi sesering mungkin. Apabila suhu tubuh bayi berada di atas 38 derajat Celcius, maka segeralah bawa bayi ke dokter .
saat anak demam sebaiknya diusahakan menurunkan suhu badannya dengan cara:
  • Bila suhu udara panas, kenakan pakaian seminimal/setipis mungkin, atau tanggalkan pakaiannya.
  • Jangan selimuti anak dengan selimut tebal, karena justru akan meningkatkan suhu tubuh dan menghalangi penguapan.
  • Kompres dengan lap basah (suhunya kurang lebih sama dengan suhu badan anak). Jangan gunakan alkohol atau air dingin (penggunaan alkohol amat berpeluang menyebabkan iritasi pada mata dan keracunan/intoksikasi).
  • Anak diusap dengan menggunakan lap atau busa yang dibasahi dengan air hangat pada permukaan tubuh sampai suhu normal. Biasanya suhu akan turun setelah pengompresan 30-45 menit.
  • Letakkan kompres di tempat yang tepat, yaitu di leher, ketiak, dan selangkangan. Tujuan utama mengkompres adalah memberi kemungkinan agar panas yang ada dalam tubuh dapat mengalir keluar.
  • Seka seluruh permukaan tubuh anak untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh. Penurunan suhu yang drastis justru tidak disarankan.
  • Beri obat penurun panas.
  • Beri banyak minum.
Edukasi pada orang tua:
Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan  bagi orang tua. Kecemasan dikurangi dengan cara:
1.      Meyakinkan bahwa kejang demam umumnya mempunyai prognosis baik
2.      Memberitahukan cara penanganan kejang
3.      Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang kembali
4.      Pemberian obat untuk mencegah rekurensi memang efektif tetapi harus diingat adanya efek samping obat
Wong V, dkk. Clinical Guideline on Management of Febrile Convulsion. HK J Paediatr 2002; 7:143-151

2.6  KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS KEJANG DEMAM    
2.6.1        Komplikasi
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lebih lama (>15 menit) yaitu:
1.        Kerusakan otak
2.        Retardasi mental
3.        biasanya disertai apnoe, hipoksemia, hiperkapnea, asidosislaktat, hipotensi artrial, suhu tubuh makin meningkat.
2.6.2        Prognosis
            Tingginya angka morbiditas dan mortalitas diantara bayi baru lahir yang mengalami kejang berkaitan langsung dengan keparahan factor etiologic yang memliki keterkaitan erat dengan kerusakan otak permanen. Asfiksia perinatus, perdarahan intraventrikel yang parah,dan malformasi serebrum khusunya  memiliki dampak  yang buruk terhadap perkembangan saraf.
Kejang rekuren dari pertama kehidupan yang mengganggu pernafasan dan jadwal makan dikaitkan dengan peningkatan morbiditas, terutama jika skor apgar pada menit kelima rendah. EEG yang normal pada awal kejang berkaitan erat dengan prognosis yang baik. Sebaliknya beberapa pola EEG  pada bayi cukup bulan,termasuk spikes multifocal atau proses iktus, aktivitas latar suppression burts, dan rekaman isoelektrik biasanya mengisaratkan prognosis yang fatal atau kecacatan otak pada lebih 90% kasus.
  Dengan penanggulangan yang tepat dan cepat,prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian.Dua penyelidikan masing-masing mendapat angka kematian 0,46% dan 0,74%.
Dari penelitian yang ada, Frekuensi terulangnya kejang berkisar antara 25%- 50%,yang umumnya terjadi pada 6 bulan pertama. Apabila melihat kepada umur, jenis kelamin dan riwayat keluarga mendapatkan :
-            Pada anak berumur kurang dari 13 tahun, terulangnya kejan pada wanita 50% dan pria 33%.
-            Pada anak berumur antara 14 bulan dan 3 tahun dengan riwayat keluarga adanya kejang,terulang kejangnya adalah 50%, sedang tanpa riwayat kejang25%.
Hemiparesi biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama    (berlangsung dari setengah jam) baik bersifat umum ataupun fokal.kelumpuhannya sesuai dengan fokal yang terjadi.
Mula-mula kelumpuhan bersifat flasid,tetapi setelah 2 minggu timbul spastisitas.Millichap melaporkan dari 1190 anak menderita kejang demam hanya 0,2% saja yang mengalami hemiparesis sesudah kejang lama.
Dari suatu penelitian terhadap 431 penderita dengan kejang demam sederhana,tidak terdapat kelainan pada IQ,tetapi pada penderita kejang demam yang sebelumnya telah terdapat gangguan perkembangan atau kelainan neurologis akan didapat IQ yang lebih rendah dibanding dengan saudaranya Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam ,retardasi mental akan terjadi 5 kali lebih besar.


BAB 3
KESIMPULAN

Seorang bayi laki-laki umur 8 bulan mengalami kejang demam. Dokter dapat memberitahu kepada ibu bahwa bayinya dapat mengalami kejang kembali jika suhu tubuh bayinya meningkat, untuk itu ibu harus memperhatikan suhu tubuh bayinya yaitu dengan menyediakan temperatur dirumah, dan menghitung suhu tubuh bayi sesering mungkin, ketika suhu tubuh bayinya > 390C segera bawa ke dokter terdekat. Selanjutnya ibu harus mengusahakan agar bayinya diberi minum banyak, memberikan makanan yang sehat, makan obat yang telah diresepkan, jika bayinya demam segera dikompres dengan air hangat, beri minum sesering mungkin. Dan dokter dapat memberitahu ibu, bahwa ibu tidak perlu takut kejang datang kembali jika ibu melaksanakan hal-hal tersebut.